Ditulisdan disutradarai oleh Kamila Andini dan diproduseri oleh Happy Salma dan Ifa Isfansyah, film ini ditayangkan di kanal YouTube IndonesiaKaya. Baca Juga: Hari Batik Nasional, Ketahui 4 Fakta Menarik soal Batik Berikut Ini . Film ini juga menampilkan aktris senior Indonesia Christine Hakim dan bintang muda berbakat Sekar Sari dan Marthino Lio.
Intip6 momen menggemaskan Zara JKT48 dan Angga Yunanda yang berperan sebagai Dara dan Bima di film Dua Garis Biru! Intip 6 momen menggemaskan Zara JKT48 dan Angga Yunanda yang berperan sebagai Dara dan Bima di film Dua Garis Biru! Senin, 22 November 2021; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com;
JAKARTA Kabar mengejutkan datang dari aktris senior Lulu Tobing. Pemain film Dua Garis Biru tersebut tiba-tiba diberitakan sudah melayangkan gugatan cerai pada Bani Maulana.. Padahal keduanya baru menikah 24 Agustus 2019 secara tertutup. 1. Gugat cerai sejak 18 Mei 2021. Lulu Tobing diketahui sudah mendaftarkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat sejak 18 Mei lalu.
Semuaorang pasti pernah merasakan jatuh cinta sama halnya dengan tokoh Dara dan Bima dalam film Dua Garis Biru ini. Mereka remaja yang masih duduk dibangku SMA. Dara berasal dari keluarga yang mampu sedangkan Bima berasal dari keluarga yang sederhana. Kelebihan dan Kekurangan. Kelebihan matakuliah ini saya banyak mendapatkan pengalaman
DuaGaris Biru/Starvision Plus Gue pribadi sih menikmati film ini dan bisa merasakan bagaimana kebimbangan, kegelisahan, sekaligus emosi yang coba dimainkan oleh para pemeran di dalam film ini. Mulai dari sosok para orangtua yang dibawakan oleh Dwi Sasono dan Lulu Tobing (orangtua Dara) serta Cut Mini dan Arswendy Bening Swara (orangtua Bima).
FilmIndonesia berjudul Dua Garis Biru yang diproduksi Starvision dan Wahana Kreator akan segera hadir di bioskop Indonesia. Film ini akan dirilis di bioskop mulai 11 Juli 2019. Film Dua Garis Biru merupakan film pertama dari sutradara Gina S Noer, yang terkenal aktif menjadi produser dan penulis skenario film. Menurut sang produser Chand Parwez Servia,"Film Dua Garis Biru jujur memberikan
qIEE9J. Permasalahan soal pendidikan seks bagi remaja usia dini apalagi hamil di luar nikah menjadi hal yang tabu dibicarakan secara umum dan norma yang berlaku di Indonesia. Konflik yang timbul dari lazimnya dibicarakan secara internal di dalam keluarga dan menjadi bahan gosip bahkan sampai ke penghakiman di lingkungan sekitar. Dalam beberapa kejadian bahkan tak jarang pelakunya dikriminalkan dan dibawa ke ranah hukum. Kini film Dua Garis Biru dengan berani mencoba mengangkat permasalahan keluarga soal hamil di luar nikah pada anak remaja. Film produksi Starvision Plus yang ditulis dan disutradarai oleh sutradara debutan Ginatri S. Noer dan dibintangi oleh Zara JKT48, Angga Yunanda, Cut Mini, Lulu Tobing, Dwi Sasono, Rachel Amanda dan Arswendy Beningswara ini akan rilis pada tanggal 11 Juli 2019. Sinopsis Dara Zara JKT48 dan Bima Angga Yunanda adalah sepasang remaja SMA yang sedang berpacaran. Dara yang pandai dan Bima yang kurang pandai tapi jujur terlihat menggemaskan saat bersama. Semua terasa indah sampai hubungan mereka melangkah terlalu jauh yang menyebabkan Dara hamil. Perasaan berdosa yang menghinggap membuat mereka memutuskan untuk tidak menggugurkan kandungan. Orang tua mereka pun tahu dan pecahlah konflik dimana orang tua Dara Lulu Tobing & Dwi Sasono marah besar dan mengancam melaporkan Bima ke polisi dan menuntut Bima dikeluarkan dari sekolah. Orang tua Bima Cut Mini & Arswendy yang juga kecewa dan syok berusaha membela anaknya dari ancaman orang tua Dara. Konflik yang dialami dan Bima serta kedua keluarga mereka terus berlanjut sampai saat Dara menjalani kehamilan dengan berbagai refleksi dan kompromi yang dilakukan untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Ulasan Tangan dingin Ginatri S. Noer sudah banyak mempengaruhi berbagai film dengan konflik membumi dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Naskah film Keluarga Cemara, Posesif dan Hari Untuk Amanda yang pernah ditulis oleh Gina merupakan beberapa contoh film yang memiliki konflik yang dekat dan umum dalam kehidupan sosial di Indonesia. Dan film Dua Garis Biru diceritakan dengan eksposisi yang detail, lengkap dan penuh pesan kritis soal pentingnya edukasi seks pada remaja. Naskah yang ditulis sendiri oleh Gina dengan dibantu tim penulis Wahana Kreator milik Salman Aristo penulis naskah Laskar Pelangi & Mencari Hilal sebetulnya hanya berkutat di permasalahan Dara dan Bima serta keluarganya dalam menyikapi hamilnya Dara saja. Namun dengan presisi dan detail, naskah film ini menyorot banyak hal dalam durasi 119 menit film. Dari mulai Bima dan Dara mencoba menyelesaikan masalah sendiri, sikap masing-masing orang tua, pembahasan soal masa depan, membahas penyesalan para ibu yang merasa kurang memberikan pendidikan moral yang baik, dll. Semua dikupas dengan eksposisi yang saking emosionalnya terasa eksploitatif memancing air mata. Ini preseden yang sangat baik mengingat film bertema keluarga berpotensi memancing penonton, tetapi seakan menjadi pisau bermata dua karena membuat film terasa panjang dan berpotensi membuat penonton bosan. Dari sisi teknis, kualitas penyutradaraan Gina pun patut diacungi jempol dalam debut filmnya ini. Setiap shot terencana dengan baik dengan satu adegan yang berpotensi menjadi adegan favorit banyak pemerhati film Indonesia, yaitu adegan di UKS yang digarap layaknya seperti drama panggung dengan satu sekuens yang panjang perpaduan dari pergerakan kamera yang apik, pengarahan jempolan dan akting yang menawan. Sinematografi, editing, tata suara, desain produksi dan wardrobe semuanya bekerja maksimal dan memberikan yang terbaik dalam film ini. Acungan jempol untuk penata musik yang memilih lagu-lagu latar yang sesuai dengan mood film. Lagu Jikalau milik Naif pun berperan penting dalam beberapa adegan terutama adegan momen perdamaian antara Dara dengan ibunya. Sementara itu keputusan mendandani karakter Bima yang terlihat sawo kelewat matang patut dipertanyakan. Saya menangkap karena karakter Bima dari keluarga sederhana dan lingkungan rumahnya yang agak kumuh, tapi menjadi persoalan karena warna kulit Bima terlihat tidak konsisten di beberapa adegan. Dari sisi akting, semua pemain bermain di atas rata-rata dalam film ini. Zara Keluarga Cemara di peran besar keduanya terlihat menguasai karakter Dara, Angga Sunyi pun demikian. Tekadnya untuk bertanggung jawab terpancar dari gestur dan matanya yang terasa tulus. Keduanya merupakan aktor-aktor muda berbakat yang patut diperhatikan di masa yang akan datang. Untuk para aktor senior seperti Cut Mini Arisan, Athirah, Dwi Sasono Mengejar Mas-Mas, Sampai Ujung Dunia dan Arswendy Bening Swara Mati Anak, Pintu Terlarang rasanya tidak perlu diragukan lagi kekuatan aktingnya. Cut Mini menjadi yang paling banyak memiliki screentime menunjukkan karakter ibu Bima yang tegas sekaligus sayang pada anak-anaknya dengan sempurna. Sementara Lulu Tobing Aku Ingin Menciummu Sekali Saja dalam film comebacknya setelah lama tidak beraksi di depan kamera memberikan penampilan yang luar biasa. Emosinya nampak nyata dan tidak dibuat-buat, sebuah awal yang baik bagi Lulu untuk membangun karirnya kembali. Peran minim yang dimiliki Rachel Amanda Terlalu Tampan dan Maisha Kanna Kulari Ke Pantai pun terasa berkesan karena keduanya memiliki momen-momen yang baik dalam film. Dibalik berbagai kekurangan dan kelebihannya, sisi naskah yang detail dan penuh pesan kritis nampaknya menjadi keunggulan utama film ini dalam meraih prestasi di berbagai di ajang festival film. Dialog-dialognya banyak yang mengena seperti contohnya pertanyaan Ibu Bima kepada Bima, “Kok, bisa ya kamu begitu. Padahal setiap ada film yang ada adegan ciumannya, mata kamu ibu tutup”, atau saat Dewi Rachel Amanda memarahi Bima “Goblok! Kenapa nggak pakai kondom, nggak googling, hape cuma dipake buat main game aja sih!”. Dialog sehari-hari semacam itu tersebar di dalam film ini dan seakan menyentil’ para penonton. Kesimpulan Akhir Jauh dari kata menggurui, tidak menghakimi dan berusaha sedekat mungkin dengan kehidupan sehari-hari dalam mengangkat persoalan yang sering dianggap tabu di masyarakat, film Dua Garis Biru tampil lugas, kritis dan menyentuh dalam usahanya memberikan pesan dan kesadaran kepada penonton akan pentingnya komunikasi dalam keluarga dan pendidikan seks sejak dini kepada remaja usia sekolah. Film debut karya sutradara Ginatri S. Noer ini adalah sebuah film yang sangat penting ada di khasanah perfilman Indonesia. Note scroll / gulir ke bawah untuk melihat rating penilaian film Review Film Dua Garis Biru 2019 - Eksposisi Kritis Dan Penuh Pesan Pada Konflik Yang Tabu Di Masyarakat
Film merupakan media massa yang menghubungan komunikator kapada komunikan. Selain itu, film pun memliki pengaruh yang posistif maupun pengaruh negatif bagi penontonnya baik dalam jangka waktu singkat ataupun dalam jangka waktu Panjang. Film dua garis biru yang diperankan oleh para artis yang profesional sehingga dikemas dengan begitu indah. Film ini di rilis pada tanggal 27 Juni 2019 di seluruh bioskop Indonesia. Pada bulan April 2019 petisi film ini menimbulkan kontroversi di masyarakat. Namun, disanggah oleh produsennya bahwa film ini mengandung sisi positif. Berdasaran analisis penulis selain film ini mengandung konten dewasa yang perlu pengawasan orang tua dalam menontonnya. Film ini telah menyampaikan kepada orang tua bahwa pentingnya pendidikan seks sejak dini, peran orang tua dalam pengawasan anaknya, dan perlunya sikap tanggung jawab yang harus di tanamkan dalam diri sesorang atas masalah yang dihadapinya.
Review Novel Dua Garis Biru - Karena nggak sempat nonton filmnya, akhirnya saya baca bukunya. Premis ceritanya dua anak remaja yang dimabuk cinta, dan kesalahan besar terjadi. Memporak-porandakan masa depan mereka. Kedua tokoh tersebut bernama Dara dan Bima. Bima murid yang santai, bodoh dan cuek bebek, sementara Dara yang pintar, primadona dan jadi kesayangan guru-guru di sekolahnya. Mereka satu kelas, satu meja dan satu ikatan cinta. Karena orangtua Dara adalah pekerja keras, seorang pebisnis dan pulang ke rumah saat malam hari membuat mereka berdua leluasa. Sekalipun ada asisten rumah tangganya di rumah sih! Dara dari keluarga berada, sementara Bima dari keluarga biasa. Mereka berdua menjalani hari-hari sempurna, saling menerima kekurangan pasangan. Tapi pada suatu waktu di rumah Dara, saat mereka sedang asik bercanda dan tiba-tiba terjadilah sesuatu yang melanggar batas wajar. Saat membuka mata, dan khilaf sejenak keduanya sadar. Hidup mereka sudah berubah, akhirnya keduanya saling menjauh dan butuh waktu untuk sendiri. Perkiraan saya akan putus nih keduanya, hahaha ... ternyata tidak saudara-saudara! Novel Dua Garis Biru Bacaan yang Ringan dan Mengedukasi Novel yang ditulis oleh Lucia Priandarini yang diadaptasi dari naskah sekenario Dua Garis Biru oleh Gina. S Noer sangat enak dinikmati. Halamannya juga tidak banyak, dan dibaca sekali duduk. Konfliknya besar memang, tetapi alur penyelesaiannya membuat saya ingin lekas selesai membaca. Gaya menulisnya enak, lugas dan nggak bertele-tele. Kolaborasi dua orang hebat menghasilkan karya yang luar biasa menggugah. Terlebih ini sebagai novel yang bisa mengedukasi, anak jaman sekarang supaya tidak kebablasan plus jadi ajang perenungan. Perjuangan Bima setelah tahu Dara hamil, bagaimana harus berpura-pura, menyembunyikan dan harus siap menerima kosekwensinya. Dara yang berusaha untuk menelan mimpinya bulat-bulat karena kesalahannya sendiri, dan Bima yang slengekan harus belajar untuk bertanggungjawab. Saya juga suka adegan-adegan kedua orang tua, baik pihak Dara maupun Bima untuk saling menguatkan dan menghadapi bersama. Endingnya tebak sendiri ya? Hahaha ... yang jelas tidak seperti bayangan saya. Tapi ya siapa sih nggak pengen orang yang kita cintai nggak bahagia, sekalipun nggak bersama kita. Ea ... jadi spoiler kan? Meski tema remaja, yang lumayan mendebarkan, novel ini juga diselipi humor-humor lucu versi anak SMA. Jadi apakah Dara akan terus menggapai mimpinya untuk kuliah di Korea? Seperti mimpi sebelumnya, atau mereka berdua harus merawat buah hati mereka? Yang sudah diberi nama 'Adam', oleh ibu Bima. Cus, baca novelnya segera! Sinopsis Novel Dua Garis Biru Bahasa Indonesian Negara Indonesia Penerbit Gramedia Pustaka Utama Penulis Lucia Priandarini & Gina S. Noer Jumlah halaman 212 halaman Dara, gadis pintar kesayangan guru, dan Bima, murid santai yang cenderung masa bodoh, menyadari bahwa mereka bukan pasangan sempurna. Tetapi perbedaan justru membuat keduanya bahagia menciptakan dunia mereka sendiri. Dunia tidak sempurna tempat mereka bisa saling mentertawakan kebodohan dan menerbangkan mimpi. Namun suatu waktu, kenyamanan membuat mereka melanggar batas. Satu kesalahan dengan konsekuensi besar yang baru disadari kemudian. Kesalahan yang selamanya akan mengubah hidup mereka dan orang-orang yang mereka sayangi. Di usia 17, mereka harus memilih memperjuangkan masa depan atau kehidupan lain yang tiba-tiba hadir. Cinta sederhana saja ternyata tak cukup. Kenyataan dan harapan keluarga membuat Bima dan Dara semakin terdesak ke persimpangan, siap menjalani bersama atau melangkah pergi ke dua arah berbeda.* Baca juga Pasta gigi Ibu Hamil
Dua Garis BiruPERHATIAN!Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini. Dua Garis Biru adalah sebuah film drama keluarga yang sempat menuai kontroversi di tengah masyarakat tanah air. Mengangkat kisah percintaan remaja yang sering dianggap tabu. Film ini telah berhasil menarik jutaan penonton yang ada di tanah air dengan jalan ceritanya yang super relate dengan kehidupan masyarakat di era milenial seperti sekarang. Nah, apa yang membuat film karya Gina S. Noer ini begitu berbeda dengan film drama keluarga yang sudah ada? Simak review menarik dari Bacaterus tentang film Dua Garis Biru sebagai berikut. Sinopsis * Dua Garis Biru mengisahkan tentang perjalanan cinta sepasang remaja belia, Dara yang diperankan oleh Adhisty Zara atau yang lebih populer dengan nama Zara JKT48 dan Bima yang diperankan oleh aktor, Angga Aldi Yunanda. Romansa indah pasangan yang masih duduk dibangku SMA ini harus berubah kelam ketika mereka terjebak dalam sebuah perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan di usia mereka yang sangat muda. Kebahagian yang mereka jalani sebagai sepasang kekasih pun kini berubah diliputi dengan perasaan takut, kecewa dan juga bingung. Terlebih ketika Dara diketahui dalam kondisi hamil. Hingga membuat keduanya dihadapkan dalam sebuah pernikahan. Film Keluarga Sarat Edukasi * Diantara banyak film keluarga yang telah dirilis. Dua Garis Biru merupakan salah satu film yang mendapat respon cukup positif meskipun pada awal kemunculannya sempat dipenuhi pro dan kontra. Hal tersebut karena isu yang diangkat sebagai premis cerita dalam film ini masih dianggap cukup sensitif. Meskipun demikian film yang menggaet dua bintang muda yang cukup bersinar, Zara dan Angga telah berhasil menjadi salah satu film yang cukup laris. Dua Garis Biru memang bukan satu-satunya film yang mengangkat isu kehamilan remaja di bawah umur. Jauh sebelum film tersebut lahir, tema serupa pernah diangkat dalam sebuah film Hollywood terkenal yang sempat meraih piala Oscar untuk Skenario Asli terbaik berjudul "Juno", yang diperankan oleh Ellen Page dan Michael Cera pada tahun 2007 silam. Kehamilan remaja di luar nikah memang isu sosial yang kerap terjadi di berbagai belahan dunia. Sehingga tak heran bila isu tersebut sering diangkat sebagai premis dalam sebuah cerita. Dua Garis Biru sendiri merupakan salah satu film tanah air yang sukses merepresentasikan kehidupan sosial masyarakat Indonesia terkait isu tersebut. Gina selaku sutradara yang cukup berpengalaman tampak piawai dalam menyajikan film sarat edukasi tersebut secara ringan dengan menyisipkan banyak unsur filosofis dalam banyak scene serta menghadirkan dialog-dialog cerdas, lucu, dan juga menyentuh sepanjang voucher streaming Netflix, Disney+, Prime Video, Viu, dll murah di Lazada Penulis Skenario Sekaligus Sutradara Jempolan * Gina S. Noer memang bukan nama baru di industri perfilman tanah air. Ia merupakan seorang penulis skenario yang cukup produktif menghasilkan berbagai karya. Ia sendiri diketahui pernah terlibat dalam sejumlah film tanah air yang sempat meraih box office seperti Ayat-Ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, Habibie dan Ainun, serta Keluarga Cemara. Berkat keahliannya, ia sempat mengantongi penghargaan sebagai penulis skenario terbaik di Festival Film Indonesia pada tahun 2013 untuk film biografi percintaan yang cukup fenomenal "Habibie dan Ainun". Melihat kesuksesan yang telah diraihnya tersebut, tak berlebihan rasanya bila para pecinta film yang ada di tanah air menyimpan ekspektasi lebih untuk setiap karyanya yang lain.
Dalam film Dua Garis Biru, Dara dan Bima adalah dua tokoh utama kita. Pasangan ini tipikal dua remaja yang jatuh cinta pada umumnya. Ke mana-mana bersama, saling membela, dan tak ragu menunjukkan perhatian di depan teman-temannya. Ajakan Dara kepada Bima untuk ikut pulang ke rumahnya pada suatu hari, menjadi titik mula petaka mereka berdua dan keluarganya. Dara hamil. Kemesraan yang biasanya ditunjukkan sehari-hari di sekolah perlahan pudar. Dua sejoli ini masih menyembunyikan hal tersebut sampai akhirnya, rahasia tak bisa lagi dikubur. Kekagetan dan kekecewaan luar biasa hadir dari orang tua keduanya. Dara, lahir dari keluarga cukup berada. Ibunya, Rika Lulu Tobing wanita karier yang begitu perfeksionis dan sudah menyiapkan segala hal bagi anaknya serta seorang ayah pebisnis. Lain dengan Bima yang berasal dari keluarga sederhana. Ibunya penjual pecel Cut Mini, bapaknya pensiunan, mereka tinggal di perkampungan yang jauh dari gedung-gedung tinggi di Jakarta. Cara para orang tua menghadapi masalah ini pun berbeda. Keluarga Bima boleh dibilang cukup religius. Perbuatan yang dilakukan Bima disebut sebagai dosa. Cukup butuh waktu bagi sang ibu untuk akhirnya bisa lebih tenang dan memahami, apa yang terjadi pada anak bungsunya itu tetap saja ada kesalahan dari bagaimana ia berkomunikasi dengan anaknya. Setidaknya dialog-dialog itu hadir dan menghangatkan. Sebuah kontemplasi, bukan diisi khotbah dan pertobatan semata. Begitupun dengan pihak keluarga Dara. Mengetahui putri sulungnya yang cerdas dengan sejuta mimpi itu hamil, seketika bayangan itu runtuh lantaran membayangkan kehamilan sontak merusak masa depan. Dari perbedaan kelas ini pula muncul bagaimana penentuan keputusan hadir. Bagaimana satu persatu keputusan yang diambil bermula dari luapan emosi, perlahan digiring untuk membuka pintu dialog yang lebih lebar dan dewasa. Kisah Dara dan Bima mengingatkan kita pada Juno 2007, gadis SMA pecinta musik rock yang positif hamil. Juno juga bukan remaja yang sembarangan dalam bergaul. Namun, tentu saja Dara dan Juno dua remaja berbeda mengingat banyak unsur yang melekat dalam kultur keduanya. Tapi bagaimana Dara dan Juno mencoba menerima perubahan fisik, menghadapi segala persoalan dalam kondisi hamil, tanpa keluhan adalah luar biasa. Keputusan Dara mempertahankan kehamilannya membuat dirinya harus berhenti dari sekolah. Kritik ini pun disampaikan Gina lewat pernyataan keras Rika kepada pihak sekolah mengapa hanya putrinya yang bisa dapat sangsi sedangkan anak laki-laki masih bisa melanjutkan sekolah. Dalam film ini tak begitu ditunjukkan bagaimana kehamilan seorang remaja mengundang sinis atau perbincangan miring di lingkungan sosial. Gina mengemas kisah Dara dan Bima bukan sebagai tragedi. Drama keluarga ini diramu kental dengan nuansa keseharian. Kritik-kritik sosial pun diluncurkan demikian halus dari berbagai dialog juga adegan-adegan, serta beberapa analogi. Kepolosan dan cara Dara serta Bima mencoba lebih dewasa dengan naifnya menghadapi masalah mereka terasa natural—sebagaimana cara berpikir anak SMA. Bima yang dasarnya tak terlalu pandai—berkebaikan dari Dara—juga kerap menunjukkan kenaifannya di depan banyak orang. Termasuk soal penafsirannya terhadap makna dua garis biru. Di sinilah Ginatri S. Noer atau Gina S. Noer menyajikan sebuah cerita. Gina menyodorkan sebuah masalah dan juga menawarkan cara. Betapa anak remaja melakukan kesalahan yang cukup fatal, orang tua tetap punya peran penting. Bukan lantas menyalahkan dan merutuki bencana. Gina menjalin cerita yang begitu solid hingga akhir. Cerita yang sudah kuat tersampaikan dengan baik lewat peran para aktor muda dan senior yang luar biasa. Sebut saja Adhisty Zara, Angga Yunanda, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Rachel Amanda, dan Maisha Kanna. Dua Garis Biru adalah debut Gina sebagai sutradara. Selama ini namanya sudah malang melintang di banyak film sebagai penulis cerita. Dua Garis Biru menjadi sebuah film remaja-keluarga yang menggedor orang tua untuk tak menutup pintu dari masalah anak-anak mereka. Dua Garis Biru Sutradara Gina S. Noer Produksi Wahana Kreator, Starvision Penulis Gina S. Noer Pemain Adhisty Zara Zara JKT48, Angga Yunanda, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Maisha Kanna, Rachel Amanda, Asri Welas Durasi 113 menit Klasifikasi LSF 13+ Rilis di bioskop 11 Juli 2019 TEMPO STUNTING ACEH 31 PERSEN, SATU TINGKAT DIATAS PAPUA DAN PAPUA BARATAIR PARIT PEMBUANGAN DI ACEH UTARA BERWARNA MERAH DARAHDETIK DETIK ROHINGNYA TERLIHAT DI PERAIRAN BIREUEN ACEHBENDERA BULAN BINTANG BERKIBAR DI LHOKSEUMAWE
kelebihan dan kekurangan film dua garis biru